30 Agustus 2010

Saat sepi musim ziarah di parkiran Giri



Setiap kali bulan Ramadhan tiba seperti inilah kondisi sehari hari parkiran wisata Giri, apalagi saat awal bulan puasa sampai hari ke duapuluh Ramadhan. Kondisi ini akan ramai lagi bilamana bulan Ramadhan sudah mencapai hari likuran, dimana para peziarah mulai kembali berdatangan. Puncaknya adalah saat malam selawe yaitu tradisi masyarakat ngGersik untuk berburu lailatul qadar dengan beriktikaf di masjid Sunan Giri. Biasanya saat malam selawe jalan selebar 8 meter ini mulai dari pertigaan desa Sekarkurung hingga perempatan Kebomas ditutup untuk kendaraan umum karena saking banyaknya pedagang disepanjang jalan ini.

Masjid Giri Kedaton

Terlihat sebuah bangunan masjid dari kejauhan ke arah selatan jika kita berdiri dari tempat parkir wisata religi Sunan Giri. Bentuk dan gayanya sederhana saja, jauh dari kesan besar nan megah, berdiri dalam kesendiriannya di tanah yang terletak di dataran tinggi pada sebuah desa yang bernama Sidomukti. Dan masjid itu oleh banyak warga disana disebut masjid Giri Kedaton.
Berdasarkan informasi sejarah dari situlah mulanya Raden Paku mendirikan pesantrennya sekitar tahun abad 15.
Karena tempatnya merupakan tanah dataran tinggi atau gunung, maka tempat itu dinamakan Giri dalam bahasa Sangsekerta mempunyai arti gunung. Di Giri inilah Raden Paku mendirikan pesantren dengan kemasyhurannya beliau akhirnya terkenal dengan sebutan Sunan Giri.
Kemudian tempat itu menjadi sebuah keraton atau kerajaan yang dikenal dengan nama Giri Kedaton.
Dipilihnya lokasi tersebut sebagai Kedaton giri berdasarkan petunjuk dari Ayah Sunan Giri (Syech Maulana Ishak) atas dasar kesamaan segenggam tanah yang dibawakannya dari Samudra Pasai. Menurut cerita lain tempat ini merupakan tempat pengukuhan Raja-raja Islam Demak sampai Pajang.
Saat ini di masjid Giri Kedaton lebih banyak didatangi orang sebagai tempat bermunajad.

16 Agustus 2010

Wong ndesoku sambat nang wakil rakyat ...!



Polemik antara Gerakan Masyarakat Terdampak Polusi (Gemas Terasi) dengan manajemen PT Gramitrama Jaya Steel (GJS) semakin memanas. Pada hari Sabtu lalu (14/8) gerakan masyarakat dari Desa Sekarkurung dan Kedanyang mendesak para wakil rakyat Gresik untuk segera menutup pabrik peleburan baja tersebut. Karena pabrik yang terletak di Jalan Mayjen Sungkono, Kecamatan Kebomas, tersebut ditengarai menimbulkan polusi udara akibat aktifitas produksinya . Desakan penutupan pabrik yang didirikan pada 2006 itu mengemuka saat hearing yang difasilitasi Komisi C (bidang pembangunan) DPRD Gresik.

Para wakil rakyat tidak memberikan jawaban tegas terhadap tuntutan masyarakat dari dua desa tersebut. Sebab, instansi yang membidangi lingkungan hidup tidak hadir dalam pertemuan itu. Rencana setelah acara hearing tersebut berikutnya komisi C akan mengagendakan pertemuan kembali dengan menghadirkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Gresik.

Dalam pertemuan yang dimulai pukul 16.00 di gedung parlemen itu, juru bicara Gemas Terasi Ananto mengatakan, dugaan polusi udara dari GJS dirasakan masyarakat sejak tiga tahun lalu. "Kalau Bapak tidak percaya, silakan datang ke pemukiman kami. Setelah pihak perusahaan menyalakan mesinnya, mari kita hirup sama-sama udara yang ditimbulkan,"ujarnya.

Gemas Terasi memberikan batas waktu tujuh hari kerja kepada para wakil rakyat untuk memenuhi tuntutan mereka bilamana sampai batas waktu tersebut tak ada kejelasan mengenai tuntutan ini, warga akan berjuang dengan cara lain.

Gemas Terasi melakukan aksinya dikarenakan Surat Teguran Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik (BLH) selaku Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik tertanggal 13 Januari 2010 yang pada intinya menyatakan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik memberikan batas waktu sampai dengan tanggal 18 Januari 2010 kepada PT. Gramitrama Jaya Steel (GJS) untuk memberikan tanggapan positif atas tuntutan warga yang tergabung dalam Forum Warga Terdampak Polusi. Apabila tidak diindahkan maka BLH mempersilahkan warga menempuh upaya sendiri sebagaimana ketentuan yang berlaku.

09 Agustus 2010

..ahlan wa sahlan yaa Ramadhan 1431H...!






03 Agustus 2010

Aksi turun jalan warga desa Sekarkurung..



Akhirnya jalan ini yang harus ditempuh oleh warga terdampak polusi pabrik baja PT. Gramitrama Jaya Steel di wilayah desa Sekarkurung dan desa Kedanyang Gresik. Pada pagi hari Minggu, 1 Agustus 2010 ratusan warga dari kedua desa tersebut berduyun duyun turun ke jalan untuk berunjuk rasa di depan pabrik tersebut. Mereka menuntut pihak pihak yang bertanggung jawab atas terjaganya lingkungan hidup yang bersih dan sehat untuk lebih serius lagi menjaga udara di kota ini sesuai yang diamanahkan melalui UU.N0 32 tahun 2009.

Sejak tahun 2008 warga kedua desa tersebut bersabar menunggu hasil wakil mereka melalui Forum Warga Terdampak Polusi melakukan cara mediasi dan birokrasi ke dewan, pejabat dan dinas dinas terkait di Gresik, tapi semuanya tidak membuahkan hasil maksimal, dan hanya janji janji saja yang didapakan dari pihak pabrik. Dan sedihnya lagi justru dinas terkait melalui dinas Lingkungan Hidup kota Gresik mengembalikan permasalahan ini ke warga atau lepas tangan.

Aksi unjuk rasa ini dilakukan oleh warga dengan harapan pihak pihak yang terkait dengan lingkungan hidup supaya mendengar dan melihat bahwa masalah pencemaran lingkungan di kota ini ada dan butuh penanganan lebih serius lagi, dan tidak ragu untuk mencabut ijin operasional pabrik baja PT. Gramitrama Jaya Steel. Karena racun yang dibawa oleh emisi pabrik yang tidak dikelola dengan baik sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dalam jangka panjangnya.

Sekarkurung Gresik's Fan Box

Sekarkurung Gresik © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute